Hidup

Tentang Manusia dan Khawatir dalam Hidup Mereka

Khawatir akan masa depan, khawatir akan hasil ujian, gelisah akan lolos masa percobaan kerja atau tidak, dan masih banyak lagi. Sepertinya, manusia selalu memiliki sisi khawatir dalam hidup mereka.

Tidak dipungkiri, hidup kita itu memang tidak dapat diprediksi. Sekalipun kita telah mempersiapkan diri kita, tapi yang namanya cemas, gelisah, khawatir dalam hidup akan tetap ada.

Apalagi dalam era #NewNormal ini, kita melangkah ke mana pun, rasa khawatir itu masih datang menghampiri. Apakah kita akan baik-baik saja nantinya?

Khawatir dalam Hidup – Normal Kok!

Buat yang sering merasakan gelisah seperti ini dalam hidup, tenang…

Wajar kalau kita cemas, gelisah atau khawatir dalam hidup kita.

Apalagi kalau sudah menyangkut masa depan yang ingin kita capai. Wajar kita merasa takut akan hal itu. Yang tak wajar adalah ketika kita menjadi berlebihan.

Karena takut akan kematian, kita jadi enggan ke mana-mana. Diam saja di tempat. Karena takut ketinggian, kita jadi gak mau sama sekali ketika diajak ke tempat-tempat tinggi (padahal, pemandangan di ketinggian itu indah loh… gak percaya? Baca deh tulisan pejalansenja).

Segala sesuatu yang berlebihan itu yang bikin semua jadi bahaya. Hal baik pun, kalau berlebihan akan jadi bahaya.

merasa cemas takut khawatir dalam hidup

Terima Kenyataan dan Peluk Kenyataan Itu

Yang paling penting ketika kekhawatiran atau ketakutan, apapun namanya, hadir dalam hidup kita adalah kita harus menerimanya.

Acceptance – menerima kenyataan dengan hati yang lapang. Menerima kenyataan bahwa hal itu benar adanya. Itu langkah awal kita.

Jangan mencoba menepis semua itu. Menepisnya hanya akan membuat kita lari dari kenyataan.

Toh, kenyataannya, masalah dalam hidup akan selalu ada kok, sekalipun kita berharap sebaliknya.

Mudah gak sih menerima kenyataan itu?

Gak! Gak mudah sama sekali.

Bohong kalau ada yang bilang gampang untuk menerima kenyataan hidup

Terkadang bahkan membutuhkan waktu yang lama hingga akhirnya bisa menerima kondisi itu.

Dengan kita mengakui bahwa kita memang takut akan satu hal. Bahwa kita khawatir dalam hidup kita, kita sebenarnya sudah memulai sesuatu.

Kita menerima dan menyadarinya serta bisa menganalisa lebih mengenai hal ini. Sampai sejauh mana batasan yang bisa kita terima sebagai bagian dari hidup kita.

Jika suatu saat pikiran random kita melayang dan melenceng jauh, kita bisa segera memutus rantainya, karena kita sudah tahu.

Gak Perlu Memaksa Diri untuk Tetap Positif – It is okay not to be okay

Iya… kita gak perlu menutup semua kekhawatiran dengan sok positif kok. Hanya agar orang tidak melihat kita gelisah, cemas, takut dan lainnya.

Gak… gak perlu itu. Apalagi kalau di hadapan teman (sahabat). Mereka harusnya akan memahami.

Seperti kata lagu Jessy J – Who You Are:

It’s okay not to be okay

Kalau gak baik-baik aja, ya gak masalah. Itu manusiawi. Gak perlu kita berpura-pura bahagia, padahal kenyataannya kita sedang bersedih di dalam.

Percaya deh… Berpura-pura seperti itu hanya akan menambah beban dalam hidup kita.

menangislah jika perlu
Gak perlu pura-pura tegar kok…. it’s okay not to be okay dan khawatir dalam hidup…

Kendalikan yang Bisa, Lepaskan yang Gak Bisa!

Salah satu yang bikin kecemasan meningkat itu karena kita mencoba mengendalikan hal-hal yang tidak bisa kendalikan.

Misalnya saja, pagi ini, saya mendapat whatsapp tentang hosting yang lagi down dari teman. Dia mendapatkan notifikasi ini dan merasa khawatir hingga mengirimkan pesan ke saya.

Nah masalahnya… untuk hosting blog, semua itu di luar kendali kita sebagai bloger loh. Kita tidak bisa mengendalikan mereka untuk tetap on. Yang bisa kita kendalikan, yaitu memantau berapa lamanya blog kita down dan kalau sudah terlalu lama, kita bisa segera chat ke support hostingnya.

Ya… seringnya, kita seperti itu. Khawatir hinggap dalam hidup kita dan mulai berpikir jauh. Mencemaskan segalanya. Makanya, kembali ke awal dulu – menerima kenyataan bahwa khawatir itu muncul.

Lalu, pilah. Mana yang kiranya bisa kita kendalikan. Mana yang gak bisa.

Kendalikan apa yang memang bisa kita kendalikan.

Gak perlu memaksakan diri untuk mengendalikan segalanya. Karena, ketika kita tidak bisa melakukannya, kecemasan – khawatir dalam hidup – itu akan semakin meningkat.

Terapkan sikap proaktif – seperti yang disampaikan oleh Stephen R. Covey di 7 Habits.

Termasuk dalam hal ini adalah:

Lepaskan Hal-Hal yang Mengingatkan Kita akan Khawatir

Terkadang, kekhawatiran itu datang dalam hidup kita hanya karena adanya hal-hal yang bikin kita teringat akan itu.

Contoh dalam kasus teman yang tadi pagi, itu karena ada notifikasi email dari salah satu plugin yang dipasang.

Ya… kalau memang mau bebas khawatir, kita harus lepaskan hal itu. Biar tidak diingatkan lagi soal khawatir dalam hidup ini.

Ini pun terjadi gak sekali dua kali. Kekhawatiran kita itu muncul hanya karena adanya hal-hal di luar yang mengingatkan kita akan hal itu.

Kalau memang bisa (usahakan banget yak…), kita harus melepaskan semua hal itu.

Hidup ini terlalu singkat hanya untuk diingatkan akan rasa khawatir dalam hidup.

Mending fokus ke hal-hal lain, kegiatan-kegiatan yang memang kita harus lakukan ataupun yang kita sukai.

Nah, Randomers, pernah gak ngalami rasa cemas atau khawatir dalam hidup – yang bahkan berlebihan? Gimana cara kamu mengatasinya selama ini?

Leave a Reply